KROMATOGRAFI
( Oleh : YuLisa Gustini , 0801062 )
A. Teori
Mengenal Jenis &
Manfaat Jeruk Lebih Dekat
Menurut catatan
sejarah, buah jeruk (Citrus sp) berasal dari Asia, daratan Cina
dipercaya sebagai tempat pertama kali tumbuh. Kini buah jeruk hampir tersebar
luas keseluruh belahan bumi dan menjadi salah satu buah yang sangat popular.
Varietas jeruk sangat
banyak, masing-masing jenis mempunyai karakteristik yang berbeda. Golongan
jeruk manis biasanya dimakan segar sebagai buah meja, untuk yang bercitarasa
asam lebih cocok dijadikan juice. Beberapa jenis hanya dimanfaatkan kulitnya
sebagai bumbu masakan. Berikut aneka jenis jeruk dan kegunaanya.
Jeruk nipis (citrus
aurantifolia)
Banyak digunakan
airnya sebagai bumbu masakan atau campuran minuman. Aneka punch, shorbet dan
cocktail terasa lebih segar dengan menambahkan air jeruk nipis. Warna kulitnya
hijau mengkilat, daging buahnya putih kekuningan dan citarasanya sangat asam.
Jeruk Purut (kaffir
lime)
Sosoknya unik dengan
permukaan kulit berkerut, kandungan airnya sedikit sehingga orang menggunakan
kulitnya untuk pengharum masakan. Aromanya harum dan dapat mengurangi bau amis
pada olahan daging atau ikan.
Jeruk Limau
Ukuranya lebih kecil
dari jeruk nipis, aromanya harum dan citarasanya asam. Sangat cocok untuk
olahan seafood maupun campuran aneka sambal.
Lemon Cui
Penduduk Manado dan
etnis Cina banyak memanfaatkan jeruk ini, mereka menggunakanya untuk campuran
acar, sambal atau olahan seafood. Karakteristiknya, kulit buah hijau
kekuningan, citarasanya asam dan banyak mengandung air.
Lemon
Hampir menyerupai
jeruk nipis namun warna kulit kuning mengkilat, bentuknya oval dan citarasanya
asam. Lemon banyak digunakan pada masakan maupun minuman. Kulit buahnya sering
kali untuk campuran cake, cookies maupun minuman segar agar aroma lebih harum.
Kumquat
bentuknya mini dan
sedikit mengandung air. Kulit buahnya tebal sehingga banyak dimanfaatkan untuk
campuran masakan, pickle, preserved maupun marmalade.
Tangelo
Merupakan jeruk
hibrida varietas baru. Citarasanya manis dan sedikit berair, kulit buahnya
mudah dikupas dan bijinya sedikit, sangat cocok dijadikan buah meja.
Mandarin
Kulit buah mudah
dikupas, citarasanya manis dan berair. Banyak dikonsumsi sebagai buah segar dan
daging buahnya dikalengkan.
Grapefruit.
Ukuranya lebih besar
dari jeruk mandarin. Kulitnya kuning mengkilat dengan daging buah kuning atau
kemerahan. Sangat cocok untuk juice atau fruit comppote karena banyak
mengandung air dan rasa asam dominan.
Seville Orange
Kulit buahnya sangat sukar
dikupas sehingga tidak cocok untuk buah meja. Citarasanya manis dan tanpa biji,
banyak digunakan sebagai bahan baku selai, marmalade maupun jelly.
Manfaat Terkandung
Secara umum buah
jeruk kaya vitamin dan mineral yang baik untuk kesehatan tubuh. Seperti yang
terkandung dalam jeruk manis, setiap 100 g terdapat kalori 51 kal, protein 0.9
g, lemak 0.2 g, karbohidrat 11.4 g, mineral 0.5 g, kalsium 33 mg, fosfor 23 mg,
besi 0.4 mg dan asam askorbat 49 mg.
Selain kaya gizi, zat
kimia terkandung seperti bioflanid, minyak atsiri limonen, asam sitrat, linalin
asetat dan fellandren dipercaya dapat menyembuhkan penyakit batuk, menurunkan
demam, meningkatkan gairah seksual dan membuat suara merdu.
Berikut ramuanya.
- Batuk dan Gejala flu
Campur 2 sdm air
jeruk nipis, 1 sdm madu murni dan 2 tetes minyak kayu putih, aduk rata dan
minum 2 hari sekali.
- Menurunkan Demam
Kukus 5 buah jeruk
nipis, potong dan ambil airnya. Campur dengan 1 sdt ragi tape dan 1 sdm bawang
merah parut. Oleskan pada bagian dada dan perut.
- Meningkatkan Gairah Seksual
Ambil 2 sdm air jeruk
nipis, 1 kuning telur ayam kampung, ¼ sdt lada hitam dan 1 sdm madu murni. Aduk
rata dan minum tiga hari sekali.
- Suara Merdu
Siapkan 3 sdm air
jeruk nipis, campur dengan ¼ sdt air kapur sirih. Minum campuran ini 2 minggu
sekali. Teks & Foto: Budi Sutomo
Suatu
analisis kimia menjadi meragukan jika pengukuran sifat tidak berhubungan dengan
sifat spesifik senyawa terukur. Analisis meliputi pengambilan cuplikan,
pemisahan senyawa pengganggu, isolasi senyawayang dimaksudkan, pemekatan
terlebih dahulu sebelum identifikasi dan pengukuran. Banyak teknik pemisahan
tetapi kromatografi merupakan teknik paling banyak digunakan. Kromatografi
pertama kali diberikan oleh Michael Tswett, seorang ahli botani Rusia, pada
tahun 1906.Kromatografi berasal dari bahasa Yunani ‘Kromatos’ yang berarti
warna dan ‘Graphos’ yang berarti menulis. Kromatografi mencakup berbagai proses
yang berdasarkan pada perbedaan distribusi dari penyusun cuplikan antara dua
fasa. Satu fasa tinggal pada system dan dinamakan fasa diam. Fasa lainnya,
dinamakan fasa gerak, memperkolasi melalui celah-celah fasa diam. Gerakan fasa
menyebabkan perbedaan migrasi dari penyusun cuplikan.
Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kecepatan perambatan komponen dalam medium tertentu. Pada kromatografi, komponen-komponennya akan dipisahkan antara dua buah fase yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam akan menahan komponen campuran sedangkan fase gerak akan melarutkan zat komponen campuran. Komponen yang mudah tertahan pada fase diam akan tertinggal. Sedangkan komponen yang mudah larut dalam fase gerak akan bergerak lebih cepat.
Pada dasarnya, teknik kromatografi ini membutuhkan zat terlarut terdistribusi di antara dua fase, satu diantaranya diam (fase diam), yang lainnya bergerak (fase gerak). Fase gerak membawa zat terlarut melalui media, hingga terpisah dari zat terlarut lainnya yang tereluasi lebih awal atau lebih akhir. Umumnya zat terlarut dibawa melewati media pemisah oleh cairan atau gas yang disebut eluen. Fase diam dapat bertindak sebagai zat penyerap atau dapat betindak melarutkan zat terlarut sehingga terjadi partisi antara fase diam dan fase gerak (Anonim, 1995). Prosedur kromatografi masih dapat digunakan, jika metode klasik tidak dapat dilakukan karena jumlah cuplikan rendah, kompleksitas campuran yang hendak dipisahkan atau sifat berkerabat zat yang dipisah.
Kromatografi ada bermacam-macam diantaranya kromatografi kertas, kromatografi lapis tipis, penukar ion, penyaringan gel dan elektroforesis.
Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kecepatan perambatan komponen dalam medium tertentu. Pada kromatografi, komponen-komponennya akan dipisahkan antara dua buah fase yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam akan menahan komponen campuran sedangkan fase gerak akan melarutkan zat komponen campuran. Komponen yang mudah tertahan pada fase diam akan tertinggal. Sedangkan komponen yang mudah larut dalam fase gerak akan bergerak lebih cepat.
Pada dasarnya, teknik kromatografi ini membutuhkan zat terlarut terdistribusi di antara dua fase, satu diantaranya diam (fase diam), yang lainnya bergerak (fase gerak). Fase gerak membawa zat terlarut melalui media, hingga terpisah dari zat terlarut lainnya yang tereluasi lebih awal atau lebih akhir. Umumnya zat terlarut dibawa melewati media pemisah oleh cairan atau gas yang disebut eluen. Fase diam dapat bertindak sebagai zat penyerap atau dapat betindak melarutkan zat terlarut sehingga terjadi partisi antara fase diam dan fase gerak (Anonim, 1995). Prosedur kromatografi masih dapat digunakan, jika metode klasik tidak dapat dilakukan karena jumlah cuplikan rendah, kompleksitas campuran yang hendak dipisahkan atau sifat berkerabat zat yang dipisah.
Kromatografi ada bermacam-macam diantaranya kromatografi kertas, kromatografi lapis tipis, penukar ion, penyaringan gel dan elektroforesis.
Macam-macam
kromatografi
a. Kromatografi
Penukar Ion
Merupakan bidang khusus kromatografi cairan-cairan. Seperti namanya, system ini khusus digunakan untuk spesies ion. Penemuan resin sintetik dengan sifat penukar ion sebelum perang Dunia II telah dapat mengatasi pemisahan rumit dari logam tanah jarang dan asam amino.
Merupakan bidang khusus kromatografi cairan-cairan. Seperti namanya, system ini khusus digunakan untuk spesies ion. Penemuan resin sintetik dengan sifat penukar ion sebelum perang Dunia II telah dapat mengatasi pemisahan rumit dari logam tanah jarang dan asam amino.
b. Kromatografi Penyaringan Gel
Merupakan proses pemisahan dengan gel yang terdiri dari modifikasi dekstran-molekul polisakarida linier yang mempunyai ikatan silang. Bahan ini dapat menyerap air dan membentuk susunan seperti saringan yang dapat memisahkan molekul-molekul berdasarkan ukurannya. Molekul dengan berat antara 100 sampai beberapa juta dapat dipekatkan dan dipisahkan. Kromatografi permeasi gel merupakan teknik serupa yang menggunakan polistirena yang berguna untuk pemisahan polimer.
Merupakan proses pemisahan dengan gel yang terdiri dari modifikasi dekstran-molekul polisakarida linier yang mempunyai ikatan silang. Bahan ini dapat menyerap air dan membentuk susunan seperti saringan yang dapat memisahkan molekul-molekul berdasarkan ukurannya. Molekul dengan berat antara 100 sampai beberapa juta dapat dipekatkan dan dipisahkan. Kromatografi permeasi gel merupakan teknik serupa yang menggunakan polistirena yang berguna untuk pemisahan polimer.
c. elektroforosis
Merupakan kromatografi yang diberi medan
listrik disisinya dan tegak lurus aliran fasa gerak. Senyawa bermuatan positif
akan menuju ke katode dan anion menuju ke anoda. Sedangkan kecepatan gerak tergantung
pada besarnya muatan.
d. kromatografi kertas
Merupakan kromatografi cairan-cairan dimana sebagai fasa diam adalah lapisan tipis air yang diserap dari lembab udara oleh kertas jenis fasa cair lainnya dapat digunakan. Teknik ini sangat sederhana.
Prinsip dasar kromatografi kertas adalah partisi multiplikatif suatu senyawa antara dua cairan yang saling tidak bercampur. Jadi partisi suatu senyawa terjadi antara kompleks selulosa-air dan fasa mobil yang melewatinya berupa pelarut organik yang sudah dijenuhkan dengan air atau campuran pelarut.
Merupakan kromatografi cairan-cairan dimana sebagai fasa diam adalah lapisan tipis air yang diserap dari lembab udara oleh kertas jenis fasa cair lainnya dapat digunakan. Teknik ini sangat sederhana.
Prinsip dasar kromatografi kertas adalah partisi multiplikatif suatu senyawa antara dua cairan yang saling tidak bercampur. Jadi partisi suatu senyawa terjadi antara kompleks selulosa-air dan fasa mobil yang melewatinya berupa pelarut organik yang sudah dijenuhkan dengan air atau campuran pelarut.
e. Kromatografi Lapis Tipis
Yaitu kromatografi yang menggunakan lempeng gelas atau alumunium yang dilapisi dengan lapisan tipis alumina, silika gel, atau bahan serbuk lainnya. Kromatografi lapis tipis pada umumnya dijadikan metode pilihan pertama pada pemisahan dengan kromatografi.
Yaitu kromatografi yang menggunakan lempeng gelas atau alumunium yang dilapisi dengan lapisan tipis alumina, silika gel, atau bahan serbuk lainnya. Kromatografi lapis tipis pada umumnya dijadikan metode pilihan pertama pada pemisahan dengan kromatografi.
f. kromatografi kolom
Kromatrografi kolom menunjukkan adanya prinsip yang sama yang digunakan dalam kromatografi lapis tipis yang dapat diterapakan pada skala besar untuk pemisahan campuran. Kromatografi kolom seringkali digunakan untuk pemurnian seyawa di laboratorium.
Berbagai ukuran kolom dapat digunakan, dimana hal utama yang dipertimbangkan adalah kapasitas yang memadai untuk menerima sampel – sampel tanpa melalui fasa diamnya. Merupakan aturan praktis yang umum bahwa panjang kolom harus sekurang – kurangnya 10 kali ukuran diameternya. Jika kita mempunyai kolom dengan panjang 20 cm, dan diameternya 1 atau 2 cm. Bahan pengemasnya suatu adsorben seperti alumina atau resin penukar ion, dimasukkan dalam bentuk suspensi kedalam porsi fasa bergerak dan dibiarkan diam didalam hamparan basah dengan sedikit cairan.
Kromatrografi kolom menunjukkan adanya prinsip yang sama yang digunakan dalam kromatografi lapis tipis yang dapat diterapakan pada skala besar untuk pemisahan campuran. Kromatografi kolom seringkali digunakan untuk pemurnian seyawa di laboratorium.
Berbagai ukuran kolom dapat digunakan, dimana hal utama yang dipertimbangkan adalah kapasitas yang memadai untuk menerima sampel – sampel tanpa melalui fasa diamnya. Merupakan aturan praktis yang umum bahwa panjang kolom harus sekurang – kurangnya 10 kali ukuran diameternya. Jika kita mempunyai kolom dengan panjang 20 cm, dan diameternya 1 atau 2 cm. Bahan pengemasnya suatu adsorben seperti alumina atau resin penukar ion, dimasukkan dalam bentuk suspensi kedalam porsi fasa bergerak dan dibiarkan diam didalam hamparan basah dengan sedikit cairan.
Kolom untuk analisis farmasi umumnya digunakan kolom isi dan sebaiknya hanya isi kolom yang mempengaruhi gerak relative zat terlarut melalui system. Kolom terbuat dari kaca, kecuali jika dinyatakan lain. Kolom dengan beragam ukuran dapat digunakan, tetapi umumnya antara 0,6 m hingga 1,8 m serta diameter dalam 2 mm hingga 4 mm. sebagai fase cair dapat digunakan beraneka ragam senyawa kimia, seperti poly etilen glikol, ester dan amida berbobot molekul tinggi, hidro karbon, gom, dan cairan silicon.
Kolom harus dikondisikan dengan jalan mengoperasikan sampai keadaan stabil pada suhu yang lebih tinggi dari suhu yang digunakan seperti yang tertera pada masing – masing monografi. Suatu uji yang sesuai terhadap sifat inert penyangga, yang perlu untuk fase cair dengan polaritas yang rendah, ada kalanya suatu kolom dapat dikondisikan dengan menyuntikkan ulang senyawa yang dikromatografi.
MANFAAT KROMATOGRAFI KOLOM DALAM DUNIA KEFARMASIAN
Dalam bidang bioteknologi, kromatografi mempunyai peranan yang sangat besar. Misalnya dalam penentuan, baik kualitatif maupun kuantitatif, senyawa dalam protein. Protein sering dipilih karena ia sering menjadi obyek molekul yang harus di-purified (dimurnikan) terutama untuk keperluan dalam bio-farmasi. Kromatografi juga bisa diaplikasikan dalam pemisahan molekul-molekul penting seperti asam nukleat, karbohidrat, lemak, vitamin dan molekul penting lainnya.
Dengan data-data yang didapatkan dengan menggunakan kromatografi ini, selanjutnya sebuah produk obat-obatan dapat ditingkatkan mutunya, dapat dipakai sebagai data awal untuk menghasilkan jenis obat baru, atau dapat pula dipakai untuk mengontrol kondisi obat tersebut sehingga bisa bertahan lama.
Bagian ini menunjukkan bagaimana prinsip yang sama yang digunakan dalam kromatografi lapis tipis yang dapat diterapkan pada skala besar untuk pemisahan campuran dalam kromatografi kolom. Kolom kromatografi seringkali digunakan untuk memurnikan senyawa di laboratorium. Dalam kromatografi lapis tipis, fase diam adalah lapisan tipis jel silika atau alumina pada sebuah lempengan gelas, logam atau plastik. Kolom kromatografi berkerja berdasarkan skala yang lebih besar menggunakan material terpadatkan pada sebuah kolom gelas vertikal.
Berbagai ukuran kolom kromatografi digunakan dan jika anda membuka link pada halaman Kimia Organik dari situs Universitas Colorado, anda akan menemukan foto dari bermacam-macam kolom. Dalam laboratorium sekolah, seringkali dengan mudah digunakan buret biasa sebagai kromatografi kolom. Anggaplah anda akan memisahkan campuran dari dua senyawa yang berwarna, yaitu kuning dan biru. Warna campuran yang tampak adalah hijau. Anda akan membuat larutan jenuh dari campuran dengan menggunakan pelarut yang lebih disukai dalam kolom. Pertama anda membuka kran penutup untuk membiarkan pelarut yang sudah berada dalam kolom mengering sehingga material terpadatkan rata pada bagian atas, dan kemudian tambahkan larutan secara hati-hati dari bagian atas kolom. Lalu buka kran kembali sehingga campuran berwarna akan diserap pada bagian atas material terpadatkan, sehingga akan tampak seperti gambar dibawah ini:
Selanjutnya tambahkan pelarut baru melalui
bagian atas kolom, cegah sedapat mungkin jangan sampai merusak material
terpadatkan dalam kolom. Lalu buka kran, supaya pelarut dapat mengalir melalui
kolom, kumpulkan dalam satu gelas kimia atau labu dibawah kolom. Karena pelarut
mengalir kontinyu, anda tetap tambahkan pelarut baru dari bagian atas kolom
sehingga kolom tidak pernah kering.
Harga
Rf mengukur kecepatan bergeraknya zona realtif terhadap garis depan pengembang.
Kromatogram yang dihasilkan diuraikan dan zona-zona dicirikan oleh nilai-nilai
Rf. Nilai Rf didefinisikan oleh hubungan:
Rf =
Jarak (cm) dari garis awal ke pusat zona
Jarak (cm) dari garis awal ke garis depan pelarut
Rf =
Jarak (cm) dari garis awal ke pusat zona
Jarak (cm) dari garis awal ke garis depan pelarut
Pengukuran
itu dilakukan dengan mengukur jarak dari titik pemberangkatan (pusat zona
campuran awal) ke garis depan pengembang dan pusat rapatan tiap zona. Nilai Rf
harus sama baik pada descending maupun ascending. Nilai Rf akan menunjukkan
identitas suatu zat yang dicari, contohnya asam amino dan intensitas zona itu
dapat digunakan sebagai ukuran konsentrasi dengan membandingkan dengan
noda-noda standar (Khopkar, 1990).
Nilai
Rf tidak boleh lebih dari 1.
B. Cara kerja
Ø Kromatografi Lapis Tipis
1. Kertas
untuk KLT ditandai dengan garis , beri tanda titk
2. Ekstrak
kental ditotolkan dengan menggunakan pipet mikrometer pada kertas kromatografi
yang telah diberi tanda titik
3. Masukan
kertas kromatografi yang telah ditetesi ekstrak kental tersebut kedalam beker
gelas dengan posisi ujung kertas sedikit menyentuh pelarut.
4. Tunggu pelarutnya naik sampai tanda batas
5. Keluarkan
dari beker gelas dan keringkan
6.
Dimasukan dalam beker gelas yang didalamnya diisi
beberapa kristal iod
7.
Jika noda telah terlihat KLT dikeluarkan dan tandai
noda
yang timbul
Ø Kromatografi
Kolom
1. Gerus
silika dengan eluen, masukkan kedalam kolom
2. Timbang
silika dua kali dari berat sampel
3. Gerus
hingga kering masukkan kedalam kolom
4. Mulai kolom dengan perbandingan yang telah
ditentukan sampai terbentuk pita atau sampai sampel turun,
5. Tampung
dengan vial,biarkan kering
6. KLT
C.
Gambar
Alat
Ø Kromatografi
Lapis Tipis
Ø Kromatografi
Kolom
D. Hasil
Pada
kromatografi kolom dan kromatografi lipis tipis didapatkan noda yang terdapat
pada suatu sampel
Perbandingan eluen
|
Vial
|
Heksana
100%
|
1-63
|
Heksana
: etil asetat (9 : 1)
|
64-96
|
Heksana
: etil asetat (8 : 2)
|
97-113
|
Heksana
: etil asetat (7 : 3)
|
114-126
|
Heksana
: etil asetat (6 :4 )
|
127-137
|
Etil
asetat 100%
|
138-150
|
Etil
asetat : metanol (9 : 1)
|
151-156
|
Etil
asetat : metanol (8 : 2)
|
157-162
|
Etil
asetat : metanol (7 : 3)
|
163-168
|
Etil
asetat : metanol (6 : 4)
|
169-175
|
Etil
asetat : metanol (5 : 5)
|
176-181
|
Etil
asetat : metanol (4 : 6)
|
182-187
|
Etil
asetat : metanol (3 : 7)
|
188-192
|
Etil
asetat : metanol (2 : 8)
|
193-198
|
Etil
asetat : metanol (1 : 9)
|
199-205
|
Metanol
100%
|
206-211
|
Menghitung
nilai Rf :
Rf : x/y
X : Jarak (cm) dari garis awal ke garis depan
pelarut
Y : Jarak (cm) dari garis awal ke pusat zona
I.
Y = 3,7cm
X = No sampeL : - 123 = 2,5 cm
-131 & 139 =2,9 cm
-Rf = x/y
= 2,5 / 3,7 =
0,67
-Rf = x/y
= 2,9 / 3,7 =
0,78
II.
Y = 3,9 cm
X = No sampeL : - 163 & 171 = 2,7 cm
Rf
= 2,7 / 3,9 = 0,69
-167
= 2,8 cm
Rf
= 2,8 / 3,9 = 0,71
-175
= 2,5 cm
Rf
= 2,5 / 3,9 = 0,64
III.
Y = 3,9 cm
X = No sampeL : - 144 = 3,0 cm
Rf
= 3,0 / 3,9 = 0,76
-160
& 168 = 2,3 cm
Rf
= 2,3 / 3,9 =0,58
-172
= 2,2 cm
Rf
= 2,2 / 3,9 = 0,56
IV.
Y = 3,9 cm
X = No sampeL : -201 & 203 = 2,8 cm
Rf
= 2,8 / 3,9 = 0,71
V.
Gabungan
Y = 3,5 cm
X = No sampeL :- 168 &172 = 0,3 cm
Rf
= 0,3 / 3,5 = 0,08
-163,
167, 171, & 175 = 0,5 cm
Rf
= 0,5 / 3,5 = 0,14
-201 & 203 = 2,4 cm
Rf
= 2,4 / 3,5 = 0,68
-123, 131, & 139 = 1,0 cm
Rf
= 1,0 / 3,5 = 3,5
E.
Pembahasan
Pada
praktikum kali ini akan dibahas mengenai Isolasi Hesperidin pada Kulit
Jeruk manis secara kromatografi. Adapun
kromatografi yang digunakan adalah kromatografi Kromatografi Lapis Tipis dan
Kromatografi Kolom .Setelah proses maserasi dilanjutkan dengan proses rotary
yaitu didapatkan ekstrak kental setelah itu
ekstrak kental tadi di KLT, jika belum dapat noda yang pas dilanjutkan
dengan kromatografi kolom, pada kolom harus dilihat pada perbandingan berapa
terbentuk pita atau sampel turun,kemudian dilanjutkan dengan KLT . dari hasil
KLT akan didapatkan zat aktif yang terkandung didalam kulit jeruk. Apabila
terdapat noda yang sama pada KLT pertama maka dilanjutkan dengan KLT selanjutnya.
Hitung nilai Rf.
F. Daftar Pustaka
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Ed.
IV. Diakses dari
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/instrumen_analisis/kromatografi1/kromatografi_kolo/Depkes
RI. Jakarta.
Anonim. 2008. Diakses dari http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-tugas-makalah/tugas-kuliah-lainnya/kromatografi.
Khopkar, S.M. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI-Press. Jakarta.
Underwood. 1999. Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga. Jakarta.
mw nanya donk, klo zat warna alami yg terkandung dalam kulit jeruk apa c ?
BalasHapusanggybagus@ymail.com